Cerita penjelasan singkat tentang fluktuasi obligasi Berita Unik by Soccer Hunter - August 27, 2022 Apabila Bapak A memiliki satu barang yang dibeli pada harga 100. Ketika ia ingin menjualnya kembali pada harga yang sama, pasar tidak ada yang mau beli… Maka bagaimanakah caranya supaya laku? Juallah pada harga yang lebih murah, Harga Diskon ! Sering orang tidak memahami kenapa obligasi bisa berfluktuasi? Jawabannya sebenarnya sederhana saja. Karena obligasi ini diperdagangkan. Yang namanya barang diperdagangkan tentu demand akan dipengaruhi oleh harganya. Dalam hal obligasi, instrumen ini memberikan bunga yang fixed dan diperdagangkan perdana pada harga 100. Selama belum jatuh tempo obligasi ini dapat diperdagangkan, dan harga 100 ini akan berfluktuasi mengikuti demand pasar. Ketika jatuh tempo nantinya apakah 5 atau 10 atau 15 tahun, barulah harga ini akan kembali ke harga awal, 100. Demand pasarnya apa? Karena obligasi merupakan investasi yang memberikan bunga sebagai imbal hasil. Maka pesaingnya juga investasi yang memberikan bunga seperti tabungan atau deposito. Dan semua yang berbunga ini sangat dipengaruhi oleh suku bunga acuan, dimana di Indonesia adalah 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR). Apabila tren bunga tabungan dan deposito naik, maka harga obligasi terkoreksi supaya lebih laku dijual.. Kenapa? Untuk membuat yield yang didapat pembeli menjadi lebih tinggi. Contoh saja obligasi ini dibeli senilai 100 juta (harga 100) dengan bunga fixed 7 juta (7%). Apabila dijual diskon pada harga 90, maka artinya pembeli baru membeli senilai 90 juta, dan mendapatkan bunga 7 juta. Artinya yield sesungguhnya yang didapat adalah 7/90 = 7,7%. Faktor sensitivitas lainnya yang perlu diketahui adalah semakin panjang waktu jatuh temponya, harga obligasi semakin berfluktuasi. Ini bisa berarti positif, bisa berarti negatif. Apabila kita bisa memanfaatkan fluktuasi ini sebagai return, tentu saja positif, namun begitu juga sebaliknya. Contoh saja misalkan bila bunga turun 1%, maka harga obligasi tenor 3 tahun dapat naik 3,5%, sementara yang tenor 10 tahun bisa sampai 7%. Kalau tidak ada fluktuasi maka tidak ada ceritanya obligasi bisa memberikan imbal hasil hingga 14% seperti di 2020 kemarin. Dengan Obligasi Negara Indonesia saat ini 6,5%, sementara negara maju umumnya sudah dibawah 3%. Artinya prospek harga obligasi naik dalam jangka panjang masihlah sangat menarik. Membuat kita melihat fluktuasi ini lebih sebagai peluang daripada ancaman.