Neurastenia, Gangguan Saraf yang Membuat Lelah Fisik dan Mental Berita Unik by Soccer Hunter - January 6, 2024January 7, 2024 Neurastenia adalah gangguan saraf yang sering kali menyebabkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan. Meskipun tidak diakui sebagai diagnosis medis yang independen dalam panduan diagnostik modern seperti DSM-5, istilah ini telah digunakan sejak abad ke-19 untuk menggambarkan kondisi yang sering terkait dengan stres kronis dan kelelahan yang berlebihan. Neurastenia seringkali dikaitkan dengan kehidupan modern yang penuh tekanan, ketegangan, dan tuntutan yang terus-menerus. Berikut adalah beberapa karakteristik dan gejala yang sering terkait dengan neurastenia: 1. Kelelahan Fisik dan Mental: Gejala utama neurastenia adalah kelelahan yang terus-menerus, baik secara fisik maupun mental. Penderita mungkin merasa lelah bahkan setelah istirahat yang cukup dan tidak bisa mengembalikan energi dengan cepat. 2. Gangguan Tidur: Kesulitan tidur atau tidur yang tidak nyenyak seringkali menjadi bagian dari gambaran neurastenia. Penderita dapat mengalami insomnia, terbangun dengan mudah, atau tidak merasa segar setelah tidur. 3. Kesulitan Berkonsentrasi: Penderita neurastenia seringkali mengalami kesulitan berkonsentrasi dan fokus pada tugas-tugas sehari-hari. Kekurangan daya tahan kognitif dapat memengaruhi performa di tempat kerja atau sekolah. 4. Gejala Fisik Tanpa Penyebab Medis Jelas: Orang dengan neurastenia mungkin mengeluhkan gejala fisik seperti sakit kepala, nyeri otot, dan gangguan pencernaan tanpa adanya penyebab medis yang jelas. 5. Kecemasan dan Depresi: Kondisi ini dapat dikaitkan dengan gejala kecemasan dan depresi. Penderita neurastenia sering merasa tertekan, khawatir, dan cemas. 6. Menurunnya Ketahanan Terhadap Stres: Orang dengan neurastenia cenderung lebih rentan terhadap stres, dan tuntutan harian dapat dengan mudah menguras energi mereka. 7. Gangguan Fungsi Seksual: Neurastenia dapat memengaruhi fungsi seksual, termasuk penurunan libido, kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi (pada pria), atau kesulitan mencapai orgasme. 8. Sensitivitas Terhadap Stimulus Eksternal: Penderita neurastenia dapat menjadi lebih sensitif terhadap stimulus eksternal seperti suara, cahaya, atau keramaian, yang dapat meningkatkan tingkat kelelahan dan stres. 9. Gangguan Mood: Perubahan mood, seperti perasaan mudah tersinggung, irritabilitas, atau perasaan sedih, juga dapat terjadi pada neurastenia. Meskipun istilah neurastenia tidak lagi secara resmi digunakan dalam praktik klinis modern, gejala dan karakteristik yang terkait dengannya sering diakui dalam konteks gangguan kesehatan mental seperti gangguan kecemasan atau depresi. Penderita neurastenia mungkin memerlukan bantuan profesional seperti konseling atau terapi untuk membantu mengatasi gejala dan mengelola stres. Pengelolaan stres, perubahan gaya hidup, dan dukungan sosial dapat menjadi bagian dari pendekatan terapeutik untuk meredakan gejala neurastenia. Penting bagi individu yang mengalami gejala yang mencurigakan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan guna mendapatkan evaluasi yang tepat dan memulai rencana perawatan yang sesuai.